![]() |
|
dicari dari google |
Beberapa kali televisi kantor menayangkan channel suatu stasiun televisi
swasta yang mempunyai suatu program pencarian dai muda. Dalam pariwara program
itu ditampilkan seorang laki-laki muda berpeci berjalan di tengah tatapan
kekaguman orang-orang, terutama para gadis berjilbab (akhwat). Adegan
berikutnya sang laki-laki sedang menunaikan ibadah sholat sementara di
belakangnya para akhwat tampak kasak-kusuk memperbincangkannya.
Dalam perspektif saya sebagai orang awam, saya merasa pariwara tersebut agak
menganggu. Mengganggu disini dalam arti pekerjaan (atau bisakah saya sebut dai
sebagai suatu profesi?) mengajari umat perihal masalah agama, tidak dilakukan
oleh sembarang orang. Pun niatnya tentu saja bukan untuk mencari pujian orang
tetapi merupakan suatu bentuk ibadah kepada-Nya. Pariwara tersebut, tentu
menurut perspektif pribadi saya, seakan-akan menunjukkan bahwa dengan mengikuti
program tersebut seseorang bisa menjadi sosok yang dikagumi dan dipuja-puja.
menganggu. Mengganggu disini dalam arti pekerjaan (atau bisakah saya sebut dai
sebagai suatu profesi?) mengajari umat perihal masalah agama, tidak dilakukan
oleh sembarang orang. Pun niatnya tentu saja bukan untuk mencari pujian orang
tetapi merupakan suatu bentuk ibadah kepada-Nya. Pariwara tersebut, tentu
menurut perspektif pribadi saya, seakan-akan menunjukkan bahwa dengan mengikuti
program tersebut seseorang bisa menjadi sosok yang dikagumi dan dipuja-puja.
Hal kedua, jujur saja saya merasa terganggu dengan beberapa tayangan infotainment
yang menampilkan seorang ustadz muda yang sedang naik daun tampil berdua dalam
satu frame dengan seorang gadis yang disebut-sebut sebagai calon istri beliau.
Dikatakan bahwa sang ustadz akan menikahi gadis tersebut pada Februari tahun
depan. Artinya ada jangka waktu sekitar empat bulan yang mana mereka berdua
belum resmi menjadi suami istri. Disana dikatakan ustadz tersebut melakukan ta’aruf.
Ya ta’aruf, bukan pacaran. Ta’aruf yang
saya tahu bukanlah tampil berdua di depan publik, ta’aruf yang saya tahu adalah
suatu majelis atau katakanlah pertemuan dimana seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang berniat untuk segera menikah membicarakan mengenai hal-hal yang
serius mengenai rumah tangga (seperti kesamaan visi misi, riwayat kehidupan,
dsb) dan mencari tahu apakah dari pertemuan tersebut dapat dilanjutkan dengan
lamaran. Iya, lamaran. Pun ta’aruf tidak dilakukan berdua saja. Adapun apabila
tercipta kesepakatan untuk menikah dan karena alasan tertentu kedua calon
mempelai harus menunggu beberapa lama sebelum benar-benar bersanding di
pelaminan, mereka tidak tampil berdua. Orang-orang yang melakukan ta’aruf, yang saya tahu, benar-benar orang yang berusaha menjaga hati mereka karena rentang waktu beberapa bulan itu cukup lama untuk menjaga hati.
yang menampilkan seorang ustadz muda yang sedang naik daun tampil berdua dalam
satu frame dengan seorang gadis yang disebut-sebut sebagai calon istri beliau.
Dikatakan bahwa sang ustadz akan menikahi gadis tersebut pada Februari tahun
depan. Artinya ada jangka waktu sekitar empat bulan yang mana mereka berdua
belum resmi menjadi suami istri. Disana dikatakan ustadz tersebut melakukan ta’aruf.
Ya ta’aruf, bukan pacaran. Ta’aruf yang
saya tahu bukanlah tampil berdua di depan publik, ta’aruf yang saya tahu adalah
suatu majelis atau katakanlah pertemuan dimana seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang berniat untuk segera menikah membicarakan mengenai hal-hal yang
serius mengenai rumah tangga (seperti kesamaan visi misi, riwayat kehidupan,
dsb) dan mencari tahu apakah dari pertemuan tersebut dapat dilanjutkan dengan
lamaran. Iya, lamaran. Pun ta’aruf tidak dilakukan berdua saja. Adapun apabila
tercipta kesepakatan untuk menikah dan karena alasan tertentu kedua calon
mempelai harus menunggu beberapa lama sebelum benar-benar bersanding di
pelaminan, mereka tidak tampil berdua. Orang-orang yang melakukan ta’aruf, yang saya tahu, benar-benar orang yang berusaha menjaga hati mereka karena rentang waktu beberapa bulan itu cukup lama untuk menjaga hati.
Beberapa hari yang lalu, saya iseng-iseng membaca suatu forum media
massa online yang membahas mengenai penyanyi dangdut yang sedang naik daun,
sang pelantun “Alamat Palsu” mengenai kriteria pasangan untuknya. Ada satu
komentar yang cukup miris menurut saya “Tenang aja Ayu, kamu itu nanti paling
jadi istri pejabat, artis atau ustadz muda,” Ustadz. Iya ustadz, disandingkan
dengan seorang penyanyi wanita, saya tak berani men-judge derajat keshalihan
seseorang, bukan ranah manusia, hanya saja saya merasa seorang ustadz kurang
cocok bersanding dengan seorang penyanyi. Tak usah saya sebutkan alasan saya berpendapat
demikian, Anda mungkin telah mengetahuinya bukan?
massa online yang membahas mengenai penyanyi dangdut yang sedang naik daun,
sang pelantun “Alamat Palsu” mengenai kriteria pasangan untuknya. Ada satu
komentar yang cukup miris menurut saya “Tenang aja Ayu, kamu itu nanti paling
jadi istri pejabat, artis atau ustadz muda,” Ustadz. Iya ustadz, disandingkan
dengan seorang penyanyi wanita, saya tak berani men-judge derajat keshalihan
seseorang, bukan ranah manusia, hanya saja saya merasa seorang ustadz kurang
cocok bersanding dengan seorang penyanyi. Tak usah saya sebutkan alasan saya berpendapat
demikian, Anda mungkin telah mengetahuinya bukan?
Hmm, anggap saja saya agak personal dalam tulisan ini, hanya saja kali
ini saya merasa terganggu.
ini saya merasa terganggu.
Ohya ada seorang ibu yang memiliki kegelisahan yang sama dengan saya, ia menulis Surat Terbuka untuk Ustadz Solmed (konsep tulisan ini sudah saya buat sebelum membaca tulisan sang ibu loh hehe)
3 Comments. Leave new
like this, mon…..I'm agree with ur concept
yah, biarpun eneg liatnya. ustadz kan juga manusia. pasti tidak luput juga dari kesalahan. tinggal kita sendiri bagaimana menyikapinya…
Aku ga ngerti kenapa sekarang makin banyak 'ustadz'. Emang kalo ustadz kenapa gitchuh~ hehehe~ apalagi ustads solmed geli ih ahahaha