dicari dari google |
Dalam
hidup, saya mengenal dengan beberapa orang yang mempunyai pikiran skeptis.
Salah satu dari teman saya pernah mengatakan kurang lebih seperti “Yakin Mon,
kamu mau ikutan itu? Saingannya kan banyak banget,” dengan tatapan menyangsikan yang mengganggu serta mimik wajah
yang tidak percaya. “Ya, memang kenapa?” “Ya, kalau aku sih lebih baik enggak
mendaftar daripada kecewa,” Waktu itu emosi saya agak naik lantaran itu bukan
kali pertama dia mengatakan hal semacam itu, “Kenapa sih kamu selalu membuat
saya down?” ia menjawab, “Aku hanya menjaga kamu agar kamu nggak kecewa kalau
nggak kesampaian”
hidup, saya mengenal dengan beberapa orang yang mempunyai pikiran skeptis.
Salah satu dari teman saya pernah mengatakan kurang lebih seperti “Yakin Mon,
kamu mau ikutan itu? Saingannya kan banyak banget,” dengan tatapan menyangsikan yang mengganggu serta mimik wajah
yang tidak percaya. “Ya, memang kenapa?” “Ya, kalau aku sih lebih baik enggak
mendaftar daripada kecewa,” Waktu itu emosi saya agak naik lantaran itu bukan
kali pertama dia mengatakan hal semacam itu, “Kenapa sih kamu selalu membuat
saya down?” ia menjawab, “Aku hanya menjaga kamu agar kamu nggak kecewa kalau
nggak kesampaian”
Saya rasa nggak ada salahnya saya mendaftar
apapun itu, tentu saja sebelumnya dengan mengukur kemampuan saya, misalnya saya
sadar diri memiliki suara yang jauh dari bagus, saya nggak akan daftar audisi
menyanyi. Dalam kondisi di atas, saya rasa (insya Allah) saya memiliki
kapasitas atas hal itu, hanya saja banyak orang yang menginginkan hal yang
sama.
apapun itu, tentu saja sebelumnya dengan mengukur kemampuan saya, misalnya saya
sadar diri memiliki suara yang jauh dari bagus, saya nggak akan daftar audisi
menyanyi. Dalam kondisi di atas, saya rasa (insya Allah) saya memiliki
kapasitas atas hal itu, hanya saja banyak orang yang menginginkan hal yang
sama.
Jika
Anda melihat kertas dengan setengah halaman gambar bunga dan setengah halaman gambar
rumput, apa yang akan Anda katakan? Gambar bunga atau gambar rumput? Seorang
sangunis seperti saya akan mengatakan bahwa saya melihat bunga. Ia cenderung
akan melihat hal dari sisi bagusnya. Iya saya tahu saingan saya bejibun, lantas
kenapa? Setidaknya saya mempunyai peluang yang sama bukan? Saya akan lebih
menyesal menyadari saya punya kesempatan untuk memenangkan sesuatu tapi saya
tidak menggunakannya daripada saya menyesali kekalahan atau kekecewaan. Teman
saya itu memutuskan untuk tidak ikutan, padahal saya tahu ia menginginkannya,
ia menjaga hatinya dari kekecewaan. Lebih baik tidak mendaftar daripada kecewa
jika kalah. Well, sah-sah saja menurut saya, tiap orang mempunyai cara
tersendiri dalam menjalankan kehidupannya. Namun bagi saya, tidak mencoba memperjuangkan
sesuatu yang saya inginkan itu akan menimbulkan rasa penasaran seumur hidup
seperti kata-kata coba kalau dulu saya ikutan, coba kalau dulu saya nyobain.
Anda melihat kertas dengan setengah halaman gambar bunga dan setengah halaman gambar
rumput, apa yang akan Anda katakan? Gambar bunga atau gambar rumput? Seorang
sangunis seperti saya akan mengatakan bahwa saya melihat bunga. Ia cenderung
akan melihat hal dari sisi bagusnya. Iya saya tahu saingan saya bejibun, lantas
kenapa? Setidaknya saya mempunyai peluang yang sama bukan? Saya akan lebih
menyesal menyadari saya punya kesempatan untuk memenangkan sesuatu tapi saya
tidak menggunakannya daripada saya menyesali kekalahan atau kekecewaan. Teman
saya itu memutuskan untuk tidak ikutan, padahal saya tahu ia menginginkannya,
ia menjaga hatinya dari kekecewaan. Lebih baik tidak mendaftar daripada kecewa
jika kalah. Well, sah-sah saja menurut saya, tiap orang mempunyai cara
tersendiri dalam menjalankan kehidupannya. Namun bagi saya, tidak mencoba memperjuangkan
sesuatu yang saya inginkan itu akan menimbulkan rasa penasaran seumur hidup
seperti kata-kata coba kalau dulu saya ikutan, coba kalau dulu saya nyobain.
Pernah
ada suatu fase ketika rasa percaya diri saya berada di titik terendah.
Orang-orang yang dekat dengan saya waktu itu adalah orang-orang skeptis nan
pesimis, ditambah mungkin sebenarnya inner confident saya yang enggak
besar-besar amat, walhasil saya jadi peragu akut dalam mengambil suatu
keputusan plus enggak yakin jika melakukan sesuatu, bawaannya takut salah dan
minder duluan. Hingga seorang teman berkata kepada saya “Kenapa sih Mon kamu
takut salah banget? Kalau salah toh kamu bisa perbaiki, dimarahi orang pun
habis itu juga selesai” Saya cuma diam mendengarkan perkataannya. Ia
melanjutkan “Mon-mon, coba aja kali, lebih baik menyesal melakukan sesuatu
daripada tidak melakukan sesuatu, kamu itu jangan membatasi pikiran,”
ada suatu fase ketika rasa percaya diri saya berada di titik terendah.
Orang-orang yang dekat dengan saya waktu itu adalah orang-orang skeptis nan
pesimis, ditambah mungkin sebenarnya inner confident saya yang enggak
besar-besar amat, walhasil saya jadi peragu akut dalam mengambil suatu
keputusan plus enggak yakin jika melakukan sesuatu, bawaannya takut salah dan
minder duluan. Hingga seorang teman berkata kepada saya “Kenapa sih Mon kamu
takut salah banget? Kalau salah toh kamu bisa perbaiki, dimarahi orang pun
habis itu juga selesai” Saya cuma diam mendengarkan perkataannya. Ia
melanjutkan “Mon-mon, coba aja kali, lebih baik menyesal melakukan sesuatu
daripada tidak melakukan sesuatu, kamu itu jangan membatasi pikiran,”
DEG.
Omongannya kena banget. Sering pikiran saya membatasi gerak. Entah berpikir
aduh gimana cara mulainya, gimana kalau aku nggak bisa, gimana kalau salah dan
banyak gimana-gimana lainnya. Padahal bagi Allah SWT nggak ada yang nggak
mungkin, mudah saja baginya menjadikan segala sesuatu, mudah saja baginya
mengabulkan semua pinta saya, tak akan berkurang sedikit pun kekayaan-Nya. Itu,
itu yang kerap saya lupa. Membatasi pikiran.
Omongannya kena banget. Sering pikiran saya membatasi gerak. Entah berpikir
aduh gimana cara mulainya, gimana kalau aku nggak bisa, gimana kalau salah dan
banyak gimana-gimana lainnya. Padahal bagi Allah SWT nggak ada yang nggak
mungkin, mudah saja baginya menjadikan segala sesuatu, mudah saja baginya
mengabulkan semua pinta saya, tak akan berkurang sedikit pun kekayaan-Nya. Itu,
itu yang kerap saya lupa. Membatasi pikiran.
Saya
tahu mungkin kata-kata “Jangan terlalu berharap Mon,” itu untuk jaga-jaga jika
hal yang saya inginkan itu tidak tercapai tapi saya sangat meyakini benar bahwa
kata-kata adalah doa jadi selama takdir itu belum terjadi saya akan tetap optimis
dan mengatakan hal optimis meski kadang tatapan skeptis dan menyangsikan sering
saya terima. Tatapan skeptis itu sungguh mengganggu. Di dalam hati ini selalu
tersedia ruang untuk kecewa, hanya saja saya tidak pernah mengatakannya selama
keinginan saya belum ketahuan kesampaian atau tidak. Pantang berkata “bagaimana
jika tidak kesampaian?”, cukup menyimpan bagaimana-jika-tidak-kesampaian itu di
pikiran, ambil plan B tetapi sekali lagi tidak untuk dikatakan sebelum takdir
terjadi.
tahu mungkin kata-kata “Jangan terlalu berharap Mon,” itu untuk jaga-jaga jika
hal yang saya inginkan itu tidak tercapai tapi saya sangat meyakini benar bahwa
kata-kata adalah doa jadi selama takdir itu belum terjadi saya akan tetap optimis
dan mengatakan hal optimis meski kadang tatapan skeptis dan menyangsikan sering
saya terima. Tatapan skeptis itu sungguh mengganggu. Di dalam hati ini selalu
tersedia ruang untuk kecewa, hanya saja saya tidak pernah mengatakannya selama
keinginan saya belum ketahuan kesampaian atau tidak. Pantang berkata “bagaimana
jika tidak kesampaian?”, cukup menyimpan bagaimana-jika-tidak-kesampaian itu di
pikiran, ambil plan B tetapi sekali lagi tidak untuk dikatakan sebelum takdir
terjadi.
And i’d just like to say skepticism is not my way 🙂
13 Comments. Leave new
Inspiratif mb, ini aq bget dlu..he.
Keep writing ^^
Good Job!
setuju banget jgn membatasi pemikiran,, soo jalani saja dgn optimis apapun itu kalau ada usaha dan upaya pasti bisa berjalan dan ad a jalan keluar
Semangat, jgn batasi pikiran 😀
sebenernya nulis ini utk menguatkan diri hehehe…
yeey..momon banget itu tulisannya..
kalo aku udah muka badak si mon..
kadangan orang bilang apa juga udah cuek aja..
Hehe.. u know me so well lah kyong 🙂
🙂 berlari dari negatif thinking..selama belum mencoba, mengapa takut akan kegagalan? like this, mon
"kompetisi" para wanita ya? hehe
lebih sakit krn nyesel krn ga pernah nyoba drpd sakit krn gagal. kalo di tulisanku ada istilah the mind becomes the wall
Ania : semangat mengejar mimpi2 kita An 😀
Firman : penyesalan terbesar adalah tidak mencoba daripada gagal mencoba (jamil azzaini hari ini)^^
klise.beda penyajian
postingan yang memberikan motivasi *___*
semangat m/
makasih mbak Wati udah mau singgah dan komen.. salam 🙂
Hihihi baru tau kayak gitu tuh istilahnya skeptis tho 😀