Setahun yang lalu, ya sudah setahun rupanya, untuk pertama kalinya mengenakan toga. Pagi-pagi benar sebelum subuh berangkat dari rumah om di Bekasi berpacu di tengah lengang jalan tol arah Bogor. Ya, setahun yang lalu saat seremoni pelepasan status kemahasiswaan digelar. Saat buncah itu menyusup, saat perjuangan tiga tahun seperti terbayar lunas. Setiap melihat megah bangunan Sentul Internasional Convention Centre (SICC) saat melintasi jalan tol, masih saja senyum itu ada. Mengembang mengingat di tempat itu pernah terlukis satu kenangan indah yang tersimpan rapat di suatu sudut memori.
Setiap melintasi jalanan di daerah sekitar kampus, rasa-rasanya seperti melakukan ‘perjalanan memori’. Lebih memilih jalan yang dahulu sering dilalui meski kadang harus memutar, menyusuri ingatan di tempat ini pernah berkumpul dengan orang-orang yang tak terlupakan, di tempat ini pernah tertawa dan berbagi bersama. Melihat gedung kampus dan memejamkan mata sejenak, menikmati kenangan yang seperti datang mengajak berkencan. Kampus yang lebih dari indah untuk dikenang.
Setiap pulang ke Semarang pun, berusaha menyempatkan diri melewati jalan Puspowarno Tengah IX, belakang bioskop Atrium. Melihat selintas rumah Eyang yang kini telah berpindah kepemilikan, rumah yang pernah ku huni hampir sepuluh tahun masa kecilku. Sekadar memandang pagarnya, melihat garasinya atau bunga di depan pagar yang masih itu-itu saja. Mengingat usia delapan pernah menangis di sana saat dimarahi almarhum Eyang Kakung lantaran menghabiskan cemilan kesukaannya atau saat duduk-duduk di atap rumah untuk menikmati semilir angin.
Ah ya kita semua begitu bukan? Ikatan emosional itu milik setiap manusia. Waktu terasa berputar begitu cepat dan semua berubah. Tak ada yang abadi, tak ada hal yang selamanya bisa kita genggam. Rasanya si adik bungsu masih kecil, tahu-tahu ia sudah berusia sembilan tahun, kritis bertanya banyak hal. Rasanya masih kemarin memasuki kampus STAN pertama kalinya, tahu-tahu sekarang sudah berganti status menjadi CPNS. Tahu-tahu sudah dua-dua, tahu-tahu sudah tak remaja. Waktu tak berhenti dan tak mau menunggu.
Ia tak akan kembali. Berhenti pada satu titik darimana ia bermula.
Rasanya baru kemarin. Ah, inikah tanda tak ku gunakannya waktu dengan baik? Atau langkahku yang jalan di tempat?
diunduh dari google |
Jangan sampai di ujung usiaku ku katakan “Tuhan, waktuku hampir berakhir. Apa saja yang telah ku lakukan selama hidup?”
5 Comments. Leave new
izin menyimak dahulu, masih kunjungan perdana,,skalian izin follow,,tolong di follow balik ya
Makasih kunjungannya.. Saya masih newbie di dunia blogging. Sudah di-follback mas.. Salam..
klise
diulang-ulang
tapi no problem..inilah guna blog
🙂
Haha…Iya kah mas Gun? Mungkin dlm proses mencari 'kejejegan' diri… 🙂
Syifa' Al Qolb itu Efi Firmani bukan ya? Hehe… Hmm… Ingatin aku selalu ya fi ^^
like thisss