Ibu. Sebuah kata panggilan sederhana untuk sesosok wanita luar biasa. Kata yang
akan menghangatkan hati seiring buncahnya perasaan akan sejuta kenangan, lembut
tatapan mata dan belaian. Inspirasi yang tak akan habis, kerinduan yang akan
selalu tersimpan rapi di suatu sudut ruang hati… Dialah Ibu.. Sosok pertama
yang darinya kita mengenal dunia…
Dialah Ibumu. Nama suci yang
diizinkan Tuhan untuk pertama kali kita ucapkan, jauh sebelum nama-nama-Nya.
Nama yang merangkum cinta dari seluruh sejarah manusia. Perempuan yang tak
pernah dicemburui Tuhan untuk dicintai manusia jauh mendahuluiNya: Sebab
mencintainya, juga berarti mencintai-Nya.
Ibu merupakan bukti nyata kasih
sayang Tuhan kepada setiap umat-Nya. Perempuan yang menjaga rahimnya dengan
segenap jiwa dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah hingga meregangkan
nyawa. Yang selalu mendoakan kebaikan
anaknya di setiap sujud panjangnya meskipun anak-anaknya berteriak seperti :
sayang Tuhan kepada setiap umat-Nya. Perempuan yang menjaga rahimnya dengan
segenap jiwa dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah hingga meregangkan
nyawa. Yang selalu mendoakan kebaikan
anaknya di setiap sujud panjangnya meskipun anak-anaknya berteriak seperti :
“Ibu, aku ingin mainan baru!”“Ma, kenapa bajuku belum dicuci, sih?”
“Mak, aku kan sudah bilang jangan terlalu sering telepon!”
“Bun, aku tak sempat membelikan oleh-oleh buat Bunda.”
“Bu, aku nggak bisa pulang lebaran ini. Waktunya sempit sekali.”
Ah, bagian ini sungguh menohok. Bagian berikutnya secara halus menyentil :
Entahlah, tidak ada yang tahu.
Sementara ibu kita terus menyayangi dan mencintai kita dengan luar biasa, meski
dengan cara-cara sederhana. Kita? Entahlah. Barangkali takdir kedua kita
sebagai anak adalah (mengaku) mencintai ibu kita, dengan pembuktian-pembuktian
yang selalu tertunda.
Pada akhirnya, sebuah pesan moral
menutup proyek hibrida ini :
menutup proyek hibrida ini :
Akankah tiba saatnya bagi kita
ketika semuanya sudah terlambat, sementara sesal tak akan sanggup mengembalikan
lagi senyumnya—lembut matanya?
Sederhana, apik dan
menggugah.
menggugah.
Serta tentu saja tak
menggurui.
menggurui.
Kata demi kata mengalir lamat-lamat
di video berdurasi enam menit lebih empat belas detik ini. Narasi yang tanpa
melihat videonya saja telah berhasil membuat mata sembab (Ohya karya ini saya
nikmati dua kali : dengan dan tanpa video). Siapkan indera penglihatan untuk lekat-lekat
memaknai narasi indah khas penulis Fahd Djibran, indera pendengaran untuk
menikmati denting demi denting ala musisi Fiersa Besari serta visualisasi ala
fotografer dan video-maker Futih Aljihadi. Sebuah kombinasi apik yang
akan mengaduk perasaan dan emosi penikmat karya. Ya, Revolvere Project. Cara
membaca baru untuk lebih menikmati tulisan. Fiksi-auvi (Fiksi-audio-visual)
begitulah proyek yang baru satu-satunya ada di Indonesia ini dilabelkan.
di video berdurasi enam menit lebih empat belas detik ini. Narasi yang tanpa
melihat videonya saja telah berhasil membuat mata sembab (Ohya karya ini saya
nikmati dua kali : dengan dan tanpa video). Siapkan indera penglihatan untuk lekat-lekat
memaknai narasi indah khas penulis Fahd Djibran, indera pendengaran untuk
menikmati denting demi denting ala musisi Fiersa Besari serta visualisasi ala
fotografer dan video-maker Futih Aljihadi. Sebuah kombinasi apik yang
akan mengaduk perasaan dan emosi penikmat karya. Ya, Revolvere Project. Cara
membaca baru untuk lebih menikmati tulisan. Fiksi-auvi (Fiksi-audio-visual)
begitulah proyek yang baru satu-satunya ada di Indonesia ini dilabelkan.
‘Apologia untuk Sebuah Nama’ adalah Revolvere
Project yang paling saya suka di antara tiga karya yang telah dihasilkan. Kata
pertama hingga kata terakhir seolah menghipnotis saya sementara bayangan Ibu
berkelebat tak henti di kepala ditambah dengan perpaduan video dan musik yang menyatu dengan
narasi, ah terlalu indah untuk tak Anda nikmati.
Project yang paling saya suka di antara tiga karya yang telah dihasilkan. Kata
pertama hingga kata terakhir seolah menghipnotis saya sementara bayangan Ibu
berkelebat tak henti di kepala ditambah dengan perpaduan video dan musik yang menyatu dengan
narasi, ah terlalu indah untuk tak Anda nikmati.
Energi yang ditulis dari hati
niscaya sampai ke hati bukan?
Dan saya telah merasakannya, bahkan
untuk ketiga kalinya saya memutarnya, energi itu tersimpan dan menunggu untuk
dibagi. Energi kebajikan.
untuk ketiga kalinya saya memutarnya, energi itu tersimpan dan menunggu untuk
dibagi. Energi kebajikan.
Jadi tunggu apa lagi. Silahkan
nikmati sendiri 🙂
nikmati sendiri 🙂
atau melalui blog kang Fahd pada Apologia untuk Sebuah Nama
5 Comments. Leave new
i just don't get it
keren… terharu jadinya
Kunjungan perdana di followers nomor 134. Jakartanya dimana nih. Salam dari Pontianak
wah aku tersesat di blog kak monik monik :v haaaa.
salaam dari suku sunda ciamis… ke kak asep juga :D, saya sering k pontianak dan bandung nih. hehe,,,
d tunggu kunjungan baliknya…. dan jangan lupa follow back 🙂
nice post..