Pada awalnya, saya mengira novel Bedebah di Ujung Tanduk merupakan kelanjutan dari petualangan Thomas di novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk. Tentang sebuah novel yang sarat akan intrik politik dan ekonomi dengan bumbu laga.
Namun agaknya, asumsi saya meleset. Setelah menyelesaikan novel Bedebah di Ujung Tanduk, saya mengambil kesimpulan bahwa novel setebal 415 halaman ini lebih merupakan lanjutan novel Pulang-Pergi yang menggabungkan kisah Bujang si Babi Hutan dengan Thomas sang ahli finansial handal.
Ya, Bujang dan Thomas kembali berkolaborasi, menggabungkan kedua kekuatan mereka. Gimana? Sudah terbayang betapa serunya?
Sinopsis Novel Bedebah di Ujung Tanduk
Thomas tengah berada di pertarungan sengit dengan Bujang. Ya, lantaran tak ada petarung lain yang dapat mengalahkannya dalam Klub Petarung, Thomas pun mengundang Bujang untuk meramaikan. Di tengah duel seru mereka, gedung tempat mereka bertarung diserang rombongan bersenjata.
Awalnya Bujang merasa bahwa ia yang menjadi sasaran para pembunuh bayaran yang dikirim oleh keluarga penguasa shadow economy lainnya. Namun, ternyata di medan pertempuran, nyawa Thomas yang diincar.
Rupanya, Thomas melakukan ‘kesalahan’ besar. Ia menjadi konsultan finansial yang memuluskan transaksi jual beli lahan pegunungan milik kerajaan Bhutan yang memiliki deposit plutonium terbesar di dunia.
Transaksi yang membuat kelompok ‘Teratai Emas’ penguasa jalur sutra murka lantaran wilayah kekuasaannya diganggu.
Bujang dan Thomas mengkonsolidasi semua kekuatan yang mereka punya. Dari Jakarta ke Kathmandu lalu ke Bhutan. Dibantu oleh Ayako, Yuki, Kiko, Salonga, Junior, dan White, mereka bertempur melawan kelompok Teratai Emas.
Sanggupkah mereka memenangkan pertarungan melawan kelompok yang begitu tangguh di daerah kekuasaan lawan?
Keunggulan dan Kekurangan Novel Bedebah di Ujung Tanduk
Jika kamu menginginkan sebuah novel pertarungan layaknya film laga yang menegangkan, novel ini sangat cocok untukmu. Adegan demi adegan aksi akan membuat pembaca sulit berhenti.
Tere Liye piawai mengolah riset yang dilakukannya menjadi latar cerita yang kuat dan memikat. Ia juga menyisipkan pengetahuan sejarah pada novelnya. Misalnya, di novel ini dikisahkan mengenai Jalur Sutra yang dikuasai oleh kelompok ‘Teratai Emas’ dalam satu episode.
Bersiaplah bertualang menyusuri eksotisme Nepal dan Bhutan seraya memacu adrenalin di berbagai latar pertempuran : pertempuran dari dalam helicopter di atas pegunungan Himalaya hingga adu kekuatan di lereng gunung.
Tentu, seperti halnya kekhasan novel Tere Liye, banyak hikmah yang disisipkan oleh penulis melalui dialog para tokoh. Misalnya, saat Salonga -guru menembak Bujang- berceramah bijak tentang keserakahan manusia, “Mereka membeli tanah seluas jutaan hektare seperti di bawah sana misalnya, buat apa? Saat mereka mati, hanya butuh tanah seluas 1×2 meter. Atau malah tidak butuh sama sekali jika jasad mereka dibakar, dilarung di laut.
Mereka terus saja dipenuhi ambisi. Padahal apakah kita membutuhkan sepuluh lapis baju sekali pakai? Tidak. Celana pendek, kaus singlet cukup. Sepuluh pesawat pribadi sekali bepergian? Tidak. Cukup satu kursi saja…..”
Jika saya boleh menyebutkan kekurangan novel Bedebah di Ujung Tanduk ini, saya merasa novel ini terlalu monoton. Pertarungan Thomas dkk melawan kelompok ‘Teratai Emas’, lain-lainnya bumbu cerita. Selain itu, saya bingung tokoh utama di novel ini Bujang atau Thomas karena porsi keduanya nyaris sama, sama-sama kurang menonjol pada novel ini.
Ya, tidak apa-apa. Hanya saja ekspektasi saya membaca novel ini adalah tentang intrik politik dan ekonomi laiknya Negeri Para Bedebah atau seperti novel Janji yang membuat saya merasakan banyak emosi. Bergantian merasakan tegang, melankolis, atau tergelak. Selain ada teka-teki yang dipecahkan.
Kesimpulan
Kalau kamu mengikuti serial Pulang, Pergi, Pulang-Pergi, Bedebah di Ujung Tanduk ini wajib kamu baca karena petualang Bujang berlanjut di sini. Namun, jika kamu langsung membaca novel 24 episode ini secara terpisah juga tidak apa-apa karena novel ini tidak terlalu mengaitkan dengan cerita pada serial Pulang atau Negeri Para Bedebah dan selalu ada cukup pengenalan tentang tokoh pendukung seperti Salonga, Ayako, dan sebagainya.
I give 4-star to this book.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu tertarik membaca novel Bedebah di Ujung Tanduk setelah membaca resensi ini?
***
Judul : Bedebah di Ujung Tanduk
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Sabak Grip Nusantara
Tahun terbit : 2021
Tebal : 415 halaman
ISBN : 978-623-97262-1-8
1 Comment. Leave new
Huhuhu awalnya aku kira ini hampir sama kayak bukunya yg negeri diujung tanduk. Tapi kayaknya beda banget ya