Peluh mulai mengucur membasahi kerudung. Motor kesayangan yang membawaku tiba-tiba mogok. Baru juga berapa ratus meter saya berjalan dari kos, motor sudah ngadat. Jam sudah menunjukan sekitar pukul delapan pagi di hari minggu yang cerah. Perjalanan menuju Masjid Al Azhar masih jauh. Haruskah tetap mengikuti pembelajaran atau balik arah pulang?
Untungnya, setelah saya hampir frustasi dengan kondisi motor, seorang bapak mendekati. Beliau mengendarai motor berdua dengan anaknya yang hendak berkegiatan di sekolahnya. “Mba, tunggu ya, saya antar anak ke sekolah dulu, nanti saya balik lagi,”
Ya, beberapa menit kemudian, beliau balik lagi menemui saya.
Katanya, beliau akan mendorong motor saya dari belakang hingga ketemu bengkel motor. Ahiya, saya teringat kalau beberapa ratus meter dari tempat saya berhenti ada bengkel.
Namun, bengkel yang saya tuju sedang tutup. Waduh, apa yang harus saya lakukan ya? Untungnya saya tak perlu bingung berlama-lama. Si Bapak segera menawarkan diri untuk membantu, “Saya dorong ya motornya sampai ketemu bengkel,”
Kami terus berjalan. Dari Budi Utomo, Lapangan Banteng, Tugu Tani, Menteng. Masih saja belum kami temui bengkel yang buka. Hari masih pagi di akhir pekan.
Hingga kemudian si bapak teringat bahwa ia memiliki teman yang memiliki usaha bengkel di daerah Manggarai. Segera, ia melakukan panggilan telpon dan bertanya kepada sang kawan. Kami pun menuju arah Manggarai.
Tak terasa, kaki si Bapak sudah mendorong motor saya dari Budi Utomo hingga sampai di Manggarai. Sekitar tujuh kilometer jauhnya.
Di Manggarai, bengkel kawan si bapak belum buka, tetapi pemilik bengkel bersedia menemui kami di depan tempat usahanya. Motor saya dicek. Saya tak terlalu paham apa persisnya, yang jelas sesudah itu motor bisa menyala lagi.
Si bapak masih menunggu saya, memastikan urusan saya hingga usai. Beliau bisa saja meninggalkan saya begitu tiba di bengkel tetapi tidak dilakukannya. Beliau juga mengatakan ke temannya bahwa saya merupakan saudara si Bapak sehingga saya membayar tarif jasa dengan harga yang murah.
Selepas motor saya menyala baru motor saya dan si bapak berpisah jalan.
Pada akhirnya saya tak jadi ikut kelas pagi karena sudah sangat terlambat. Saya tiba di Al Azhar sekitar pukul 10 lewat. Namun pada saat itu, jalanan memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan.
Bahwa orang baik akan selalu ada, bahkan di jalanan Jakarta yang keras.
**
Sebuah kisah di tahun 2018. Kisah orang baik lainnya dari seorang penjual yang tak mau dibeli dagangannya.
**
Photo by Adrian Pranata on Unsplash